Archive for December 2013
Fenomena Karoshi
Moshi moshi minna, pasti kalian tau kan berita akhir-akhir ini dimana seorang Copywriter muda meninggal setelah 30 jam bekerja dan tiga hari tanpa tidur.
Kalau diperhatikan, rasanya peristiwa ini jarang terjadi di Indonesia. Namun tidak demikian di Jepang. Di negara itu dikenal istilah karoshi.
Secara harfiah, karoshi diterjemahkan sebagai: kematian akibat kerja yang berlebihan. Bagaimana seseorang bisa meninggal akibat kerja yang berlebihan di Jepang? Karoshi adalah fenomena terkenal di Jepang. Korban sering bekerja selama 14 jam sehari, selama seminggu penuh. Beberapa korban karoshi bekerja selama 80 hari berturut-turut dan lebih dari 100 jam selama berbulan-bulan pada suatu waktu. Pola kerja seperti ini mengakar karena adanya budaya yang menjunjung tinggi kerja keras, dan pengorbanan diri. Selain itu, ledakan ekonomi pada tahun 1980-an mendorong pekerja untuk semakin produktif.
Sebuah survei pada tahun 2004 oleh International Labour Organization menemukan bahwa lebih dari enam juta orang Jepang bekerja rata-rata lebih dari 60 jam per minggu.
Karoshi pertama kali terjadi pada tahun 1969. Waktu itu, seorang pria berusia 29 tahun, sudah menikah, bekerja di departemen pengiriman surat kabar terbesar di Jepang. Dia meninggal karena mendadak terserang stroke di kantornya. The Workers Compensation Bureau of Japan’s Ministry of Labor menganggap bahwa kerja berlebihan adalah penyebab kematian pria tersebut.
Dalam tahun-tahun berikutnya, karoshi menjadi fenomena yang semakin dikenal di Jepang, terutama di kalangan pekerja kerah putih atau yang dikenal "salary men". Penyebab dari karoshi biasanya serangan jantung dan stroke.
Ada fenomena lain yang terkait dengan kematian yang disebabkan oleh pekerjaan yaitu karo jisatsu. Berbeda dengan karoshi, karo jisatsu adalah kematian lantaran bunuh diri sebab seseorang terlalu banyak bekerja.
Tetsunojo Uehat, seorang ahli medis mendefinisikan karoshi sebagai kondisi dimana seseorang menjalani proses kerja yang tidak sehat secara psikologis dan dilanjutkan dengan cara mengganggu ritme kehidupan normal. Kemudian lelah pada tubuh menumpuk disertai memburuknya tekanan darah dan pengerasan pembuluh darah, akhirnya terjadi kerusakan fatal pada tubuh.
Bila diungkapkan lebih khusus, karoshi adalah bekerja tanpa henti, tidak ada keseimbangan dalam hidup. Dan seseorang menderita dalam diam karena harus bekerja, tidak bisa mengekspresikan ketidakpuasan terhadap beban kerjanya yang berlebihan.
Sumber
Gunkanjima, Kejayaan Batubara di Jepang
Moshi Moshi minna, gomen ya miminnya baru sempet ngepost lagi, kemarin kemarin sibuk sih (_ _") langsung aja to the post, cekidot
Pulau Hashima (端島; berarti "Pulau Perbatasan"), umumnya disebut Gunkanjima (軍艦島; berarti "Pulau Kapal Perang") adalah salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki, sekitar 15 kilometer dari kota Nagasaki. Pulau ini berpenghuni antara tahun 1887 hingga 1974 sebagai fasilitas penambangan batu bara.
Pulau ini walaupun bernama asli Hashima, tapi lebih terkenal dengan sebutan Gunkanjima dikarenakan bentuk pulau ini yang mirip kapal perang dari kejauhan ( Gunkan = kapal perang, Jima = pulau ).
Pada tahun 1890 perusahaan Mitsubishi membeli pulau tersebut dan memulai proyek untuk mendapatkan batu bara dari dasar laut di sekitar pulau tersebut. Pada tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi untuk melindungi mereka dari angin topan.
Jumlah penduduk pulau ini membengkak pada tahun 1959 ( Mencapai 5000 jiwa). Kepadatan penduduk waktu itu mencapai 835 orang per hektare untuk keseluruhan pulau (1.391 per hektare untuk daerah pusat pemukiman), sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh dunia.
Ketika minyak bumi menggantikan batubara tahun 1960, tambang batu bara mulai ditutup, tidak terkecuali di Gunkan Jima. Pada tahun 1974, Mitsubishi secara resmi mengumumkan penutupan tambang tersebut, dan akhirnya mengosongkan pulau tersebut hingga pulau tersebut terkenal dengan sebutan pulau hantu dikarenakan banyaknya struktur yang ditinggali.
Pulau tersebut memiliki restauran, blok apartemen, pemandian umum, pelabuhan, rumah sakit, sekolah dan fasilitas umum lainnya untuk menunjang para pekerja tambang dan keluarga mereka.
Banyak bangunan yang runtuh dan rusak setelah pulau ini ditutup sehingga pemerintah Jepang melarang siapapun untuk mendarat di pulau ini dengan alasan keamanan wisatawan hanya dibolehkan melihat dari kapal yang mengitari pulau ini. 23 Agustus 2005 pulau ini mulai dibuka untuk wartawan yang kemudian meliput kondisi pulau dan melaporkannya ke dunia. 22 April 2009, sebagian pulau ini mulai dibuka untuk wisatawan walaupun sebagian pulau ini tetap tertutup karena masih banyak gedung yang rusak dan membahayakan turis.
Setelah restorasi pulau, telah ditambahkan sebuah dermaga pengganti dermaga lama yang telah rusak, yang memungkinkan para turis mendarat sehingga akses menuju pulau semakin mudah.
Pada tahun 2003 pulau ini diambil sebagai setting film Battle Royale II: Requiem dan mengilhami sebuah permainan populer killer7. Pulau ini juga dipakai sebagai latar tempat dalam permainan video Forbidden Siren 2 dengan perubahan nama dan desain tempat.
daaan tau gak sih minna, kalo pulau ini sudah masuk sebagai situs warisan dunia UNESCO sebagai peninggalan situs industri modern dunia..
Nilai apa yang bisa diambil? bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, bahwa sehebat - hebatnya sesuatu pasti ada akhirnya, kejayaan pulau ini membuat para pekerjanya makmur hingga memiliki gaji 100.000 Yen di atas rata - rata gaji pekerja saat itu yaitu 29.000 Yen. Hingga 1960an ketika minyak bumi menggantikan peran batubara, kejayaan pulau ini pun sirna..